“Kemiskinan tidak berada di dompetmu, melainkan di pikiranmu.” ~ David R. Hawkins
(baca sampai habis, agar mendapatkan pemahaman yang utuh)
Kuperhatikan nggak sedikit dari mereka yang anti-jualan, anti-marketing.
Padahal jualan dan pemasaran itu netral, yang membuat jualan dan pemasaran itu baik atau buruk adalah pemahaman kita.
Kalau pemahaman kita nggak tepat, kita cenderung akan menghindarinya.
“bagaimana kalau sebaliknya Kadika?”
Kamu akan menyukai sekali aktivitas jualan dan memasarkan. Karena dua aktivitas itu membantu orang lain, kalau bahasanya Dewa Eka Prayoga:
“jualan adalah aktivitas menolong orang yang dibayar”.
Menarik bukan?
Tentu saja jualan dan pemasaran offline dengan online sangat berbeda, meski secara dasar sama.
Tapi, Kadika akan memberikan sudut pandang untuk kamu seorang penulis, dan siapa pun yang melakukan kedua aktivitas itu di internet.
Agar apa? Makin antusias!
Bukankah menyenangkan belajar yang dibayar?
“iya, juga, Kak. Lanjutkan, Kadika”
Suksesnya Online Marketing adalah…
Oke, jadi online marketing yang sukses itu ada rumusnya.
“buset, udah kayak matematika aja Kadika, apa tuh rumusnya?”
The Successful Online Marketing = another perspektif + psychology triggers.
“please Kadikaaa… artinya apaaa?”
Oke, jadi suksesnya pemasaran online itu dipengaruhi perspektif lain dan pemicu psikologis.
Biar lebih mudah memahaminya, Kadika akan beri contoh.
Misalnya, orang yang nggak punya brewok, lalu ada edukasi bagaimana cara menumbuhkan brewok secara alami dan dipicu kalau punya brewok itu gagah.
Kalau laki-laki yang belum punya brewok dan pengen merasa gagah, kemungkinan akan tertarik.
Memberikan informasi ternyata bisa menumbuhkan brewok secara alami, dan dikaitkan dengan pemicu psikologis: gagah.
Boleh jadi seorang pria yang tak brewokan, jadi semangat untuk brewokan.
Menariknya untuk menjadi brewok secara alami membutuhkan minoksidil, yang mana minoksidil itu dijual oleh yang memberi informasi tersebut.
Menarik, ya?
Apalagi kalau jualan pelangsing tubuh, beuh, dipicu gendut tidak sehat aja biar tergerak untuk membeli suplemen penahan lapar. Hahaha!
Jadi, gimana? Kebayang ya?
Bahwa online marketing (pemasaran online) itu mengasyikkan, kalau kita udah memahami cara berpikir dan ilmunya.
Bayangin kalau kamu menerapkan untuk jasa freelance content writing kamu dan karya yang kamu punya?
Apa itu Sales Page?
Sales page atau halaman penjualan adalah situs yang paling sering digunakan para pebisnis, perusahaan nasional dan internasional, pemasar, dan penulis.
Mau bukti?
Pernah nggak kamu buka situs web official dari brand Apple, Samsung, Xiaomi, Oppo, Vivo, Poco, Huawei?
Pasti nggak langsung memberi penjelasan tentang produk mereka kan?
Tapi diarahkan ke satu halaman yang menjelaskan produk tersebut secara detail.
Coba aja buka situs Ibox (seller resmi Apple di Indonesia).
Mana mungkin mereka cuman menulis,
“Inilah iphone 13 terbaru kami, belilah, ayo belilah”.
Boleh jadi seseorang yang akan membelinya akan mendadak nggak jadi beli. Karena kurang meyakinkan.
“jadi kenapa perlu sales page, Kadika?”
Oke, inilah alasannya…
Media yang Tepat untuk Mengomunikasikan Perspektif dan Pemicu Psikologis adalah Sales Page
“Kenapa begitu Kadika?”
Karena sales page itu membantu calon pembeli melihat bagaimana cara penjual melihat produk atau jasa tersebut.
Para brand Smartphone membuat sales page agar kita bisa melihat sebuah produk mereka, sebagaimana mereka melihat produk yang mereka ciptakan.
“secanggih ini loh produk kami buat kamu”
“se-gengsi ini loh produk kami buat kamu”
Dan, halaman penjualan menjadi tempat yang paling cocok untuk menulis semua keunggulan, benefit, alasan, hingga penawaran dari sebuah produk dan jasa.
Karena kalau menulis di socmed, katakanlah di Instagram, ada keterbatasan kata dan tindakan.
“maksudnya gimana Kadika?”
Ya, kalau di socmed itu cuman informasi untuk menarik mengarah ke situs web.
Coba saja perhatikan mereka yang ngiklan di Instagram, Facebook, Google, YouTube, hingga TikTok.
Pasti akan diarahkan ke satu halaman yang menjelaskan produk yang dijual.
Tujuannya adalah membantu kita melihat bagaimana cara mereka melihat produk yang mereka jual.
Kalau cocok, ya, beli. Kalau nggak juga nggak apa-apa. Nggak ada paksaan.
Berbeda kalau jualan di offline, lihat-lihat doang ditanyain, “jadi beli nggak?”, yang ada kita jadi nggak nyaman.
Bisa dibilang sales page ini meyakinkan seseorang untuk membeli produk atau jasa yang kita jual.
Seperti yang dikutip dari Hubspot, bahwa sales page berhasil mengatasi ketakutan calon pembeli yang menghasilkan konversi sebesar 80%.
Kalau ada pengunjung 10, 8 di antaranya membeli produk kita.
Dan memang terbukti, Kadika menjual dengan sales page meningkat 1100%. WOW!
Bagaimana Seandainya Kamu Membuat Sales Page untuk Jasa Freelance dan Karyamu?
Sekarang kamu sudah tau, ‘kan?
Rahasia suksesnya online marketing, yakni menggunakan sales page.
Karena kita bisa mengomunikasikan secara detail apa saja keunggulan, benefit, alasan, dan penawaran yang bisa kita berikan.
Tentunya tanpa perlu takut penolakan.
Yuk, mulai sekarang buat halaman penjualan yang menampilkan bagaimana cara kamu melihat jasa atau karyamu.
Ajak calon pembacamu melihat bagaimana cara kamu melihat, niscaya mereka akan mengangguk-anggukan kepala.
“wah, ini yang aku cari”.
“ih, ini aku banget”.
Bagaimana untuk yang nggak tau dan nggak bisa caranya, Kak?
Tenang, Kadika punya solusinya.
“Apa itu Kadika?”
Satu Skill adalah Solusinya
Kenapa Kadika namai satu skill?
Karena saking pentingnya sales page di dunia online marketing, tanpa sales page, penjualan bisa nggak tercapai.
Maka dari itu, Kadika menyebutnya Satu Skill Mahal. Karena dari satu skill ini menghasilkan banyak income. 🙂
Inti program satu skill – impactful sales letter adalah membantu kamu menulis bagaimana cara kamu memandang atau melihat suatu produk atau jasa.
Sehingga calon pembeli bisa dengan mudah melihat bagaimana cara kamu melihat atau memandang.
Tentu saja di modul tersebut ada 26 pemicu psikologis kenapa seseorang ingin membeli.
Karena kalau kita udah terikat secara emosional, bukankah kita sulit untuk menolak dan mengelak?
Inilah Arti Miskin yang Sesungguhnya
Penulis yang miskin, bukan yang penghasilan atau hartanya yang sedikit.
Bukan, bukan itu.
Karena penghasilan seseorang berkaitan dengan angka cukup. Banyak atau sedikit itu relatif.
Miskin yang dimaksud adalah miskin inisiatif.
Inisiatifnya rendah untuk berubah. Sedangkan zaman terus berubah, kebutuhan industri terus berubah.
Karena inisiatif atau proaktif adalah kebiasaan pertama yang perlu dimiliki seseorang ketika ingin mengubah nasib.
Bukan kadika yang mengatakan, tapi Stephen Covey dalam The 7 Habits of Highly Effective People.
Karena inisiatif ini berpengaruh kemana-mana.
Jadi, janganlah menjadi penulis yang miskin inisiatif. Karena itu berpengaruh ke nasib.
Oke?
Salam,
Dwi Andika Pratama
Founder Impactful Writing
“Sebentar, Kadika, kok main udahan aja. Ini link daftar satu skillnya ke mana?”
Oh, kamu tertarik. Kalau tertarik kamu bisa kunjungi di sini.
Ya, Kadika pikir nggak tertarik dengan pengalaman Kadika sejak 2015, yang dikombinasikan pengalaman di perusahaan dan di Impactful Writing. Hehe.
Ternyata tertarik, ya?
Makasih, lho. Hehe.