4 Tahapan Karier Copywriter

4

“Kalau Anda menguasai copywriting, Anda tidak perlu takut miskin.” ~ Ray Edwards

Kamu berniat menjadi copywriter?

Tapi, bingung seperti apa tahapan kariernya?

Ya, kamu mendarat di halaman yang tepat, sebentar lagi kamu akan menganggukkan kepala dan seraya berkata, “ah, iya juga yah, menarik sekali untuk dijalani.”

Tapi, sebelum kamu tahu 4 tahapan yang tertulis di sini, penting kamu tahu kenapa copywriting dikatakan High-income skill alias skill yang berpenghasilan tinggi.

Mungkin itu juga yang melatarbelakangi kamu ingin berkarier sebagai copywriter.

Iya?

Perubahan nasib dan naiknya status finansial untuk hidup aman dan berkecukupan.

Iya?

Tentu saja itu bagus dan sebaiknya memang seperti itu.

“ah, elah lama bener Kadika, ayo mulai!”

Wkwkwk, iya iya…

 

Kenapa Dipopularkan High-income Skill?

“Skill ini tidak tergantung pada industri, karena High-income Skill dapat digunakan di semua industri.” ~ Dan Lok, on Unlock It

Mungkin nggak asing lagi ketika kamu ingin jadi copywriter, kamu mengetahui katanya jadi copywriter itu berpenghasilan tinggi. Iya?

Tapi, jangan terburu-buru kemakan omongan atau konten yang mengatakan itu, sebelum kamu tahu alasan di balik itu, agar apa?

Ya, agar bisa menjalani proses sebaik mungkin, mencintai proses dengan apa adanya, itu yang bikin nikmat, bukan sekadar menghalu jadi copywriter punya penghasilan tinggi.

Kita sepakati dulu, bahwa perusahaan atau apa pun yang berkaitan dengan bisnis tanpa penjualan is dead, alias tumbang atau bangkrut, tidak ada aliaran cash flow yang masuk.

Intinya, penjualan adalah ujung tombang dari sebuah perusahaan.

Karena copywriting—juga content writing—berkaitan erat dengan digital marketing, perusahaan dan brand pun berlomba-lomba untuk memasarkan produk atau layanannya dengan digital marketing, maka yang membutuhkan copywriter makin tinggi—high demand.

Ada beberapa kemungkinan seorang copywriter dibayar tinggi atau memiliki penghasilan tinggi:

Pertama, seseorang berhasil menjual banyak produk miliknya sendiri dan menghasilkan profit margin yang besar.

Kedua, seseorang berhasil membantu perusahaan tempat ia bekerja menghasilkan banyak penjualan, bisa gajinya naik atau dapat insentif lebih dari penjualan produk tersebut.

Ketiga, seseorang berhasil memberikan pengaruh terhadap penjualan perusahaan yang efeknya diberi komisi besar dari copywriting yang dibuat.

Intinya copywriting ini adalah alat untuk menjual produk apa pun.

Tapi sayangnya kebanyakan mereka yang belum memahami copywriting sebagai alat, menganggap copywriting itu sekadar permainan kata saja.

Makanya banyak juga yang jadi copywriter tapi nggak punya mental jualan, karena memang copywriting itu ruh-nya adalah selling.

Ini juga yang bikin mereka gagal menghasilkan uang di internet dengan copywriting, karena motif, mental, dan mindsetnya kurang tepat dan selaras dengan identitasnya sebagai seorang copywriter.

Tentu kita nggak akan membahas ketiga hal tersebut, karena sudah dibahas di Understanding Copywriting.

Menjawab kenapa copywriter gagal menghasilkan uang meski sudah banyak ikut pelatihan copywriting atau banyak baca buku tentang copywriting.

Karena ada yang hilang dari pemahaman mereka. Bukankah kita tergerak melakukan sesuatu, ketika kita sudah paham sepenuhnya dengan apa yang akan kita lakukan?

“Jadi, kenapa copywriting disebut alat, Kadika?”

Fiuh, ini masih 30% perjalanan kita, mari kita lanjuuuut…

 

Copywriting itu Alat

“copywriting bukan untuk mendapatkan awards, menghibur, dan pujian. Tapi untuk menjual.” ~ Robert W. Bly on The Copywriter’s Handbook

Ya, ini akan terjadi perbedaan di antara mereka yang menggunakan copywriting untuk advertising above the line—copywriting untuk baliho, video tron, spanduk, dsb. Dan kita nggak akan bahas itu.

Kita fokus kenapa copywriting ini kok bisa berpengaruh sekali, bisa bikin orang kepincut untuk menguasainya, padahal aslinya nggak mudah—kalau nggak memahami secara utuh.

Mungkin kamu pernah melihat 10 tahun, atau 5 tahun yang lalu lowongan kerja “sales dan marketing”, pernah?

Ya, meski pun belum pernah, tapi tahu ya profesi itu?

Ya, wajar banget dulu sering dapet info pekerjaan seperti itu, karena memang perusahaan belum sadar dengan digitalisasi.

Ketika mereka sadar dengan internet, mereka mulai melirik “apa yang penting dalam menjual di internet?”

Ya, salah satunya adalah copywriter.

Copywriting hanya alat untuk menjual, ya, alat untuk memengaruhi orang lain agar bisa mengikuti keinginan kita—perusahaan, brand, dsb.

Copywriting tugasnya bisa mendeliver value, benefit, dan alasan kenapa mereka penting beli produk atau menggunakan layanan yang kamu jual.

Inilah kenapa kami memandang copywriting memiliki 2 tujuan.

“Oh, begitu, jadi apa tujuan copywriting, Kadika?”

 

Tujuan Copywriting

Kami memandang copywriting itu sebagai pelengkap dari konten-konten yang dibuat oleh content writer.

“lho, kok jadi ada content writernya?”

Ya, karena tujuan copywriting adalah

  1. Menarik perhatian
  2. Meyakinkan calon pembeli

Untuk yang tujuan pertama sering kita temui, yaitu headline dalam blog, headline dalam iklan Facebook dan Instagram Ads, juga caption di dalamnya.

Untuk yang tujuan kedua kita bisa temukan di sales page dan sales email.

Pernah berkunjung ke suatu situs yang isinya hanya satu halaman dan isinya menjelaskan sebuah produk?

Ya, itulah sales page alias halaman penjualan.

Atau kamu pernah mendapatkan email yang panjang dan isinya persuasif, di akhirannya ada CTA (Call-to-Action), entah itu check-out page, atau whatsapp untuk pendaftaran?

Kalau pernah, itulah sales email.

Tapi pernah nggak kamu ujug-ujug beli produk di internet hanya karena membaca satu halaman saja? Tanpa tahu informasi lain dari penjualnya?

Mungkin nggak, karena kita pengen baca tulisan lain dari penjual—perusahaan, brand, instansi, atau seseorang.

Karena kita pengen tau sejauh mana seseorang atau penjual ini memiliki kredibilitas, iya?

Itulah perannya content writing yang ditulis content writer, agar mengedukasi dan mengubah persepsi.

Sekarang pernahkah kamu melihat iklan di socmed langsung menjual di caption yang mengarahkan calon pembeli ke WA atau check-out page?

Mungkin pernah, tapi seringnya akan diarahkan ke sales page.

Karena audiens nggak akan ujug-ujug tertarik dengan headline atau sales page kalau nggak ada konten yang mengubah persepsi—memberi sudut pandang lain tentang benefit atau keuntungan—mereka.

Inilah kenapa Certified Impactful Writer hadir dengan menguasai kedua skill tersebut secara sekaligus.

Content writing + copywriting = Certified Impactful Writer.

Meski di CIW ini copywriting belajar masih tahap headline, belum yang menjual menggunakan sales page,

…tapi dengan menulis yang impactful writing, atau bahasa popularnya artikel gimmick, itu yang bikin content writer jago copywriting.

“aduh, istilah apa lagi itu, Kadika?”

Wah, ini belum sampe 4 tahapan karier, tapi sudah cukup panjang, hahaha, semoga nggak capek bacanya, ya.

Ya, ketika menulis headline yang menarik dan memikat, isi yang mengedukasi dan mengubah persepsi,

…lalu di dalam artikel tersebut ada CTA yang mengarahkan seseorang beli atau melakukan sesuatu itu sudah dikatakan content writer yang jago copywriting.

Karena pikiran seseorang dikondisikan, lalu ketika sudah sama persepsinya, ya, diarahkan untuk check-out.

Seperti contoh 1 artikel menghasilkan 1,5 juta, inilah Impactful Writing. Inilah yang bikin kamu bisa menguasai keduanya.

Oke, kita sampai di tahapan pertama, apa itu?

 

Tahapan Pertama: Copywriter untuk Produk Sendiri

Hasil pengamatan dan pertanyaan yang masuk, kebanyakan dari mereka yang pemula belajar copywriting—yang artinya belum tahu sama sekali bagaimana membuat copywriting, atau bahkan jenis copywritingnya belum tahu.

Kepengen jadi freelance copywriter, wah, ini sih cara menantang diri untuk babak belur.

Ibarat belum pernah bertanding tinju, nggak pernah latihan, tiba-tiba berantem, tiba-tiba adu jotos. Pasti babak belur, atau lebih ekstrimnya, KO.

Bisa kalang kabut kalau masih pemula langsung jadi freelance copywrter—tahapan tertinggi dari karier copywriter versi Impactful Writing.

Jadi kenapa perlu mengawali karier sebagai copywriter untuk menjual produk sendiri?

Karena agar kita belajar memahami apa yang diinginkan pembeli.

Kalau kita menjual produk sendiri:

  • Kita tahu persis kekurangan dan kelebihan
  • Kita tahu siapa yang akan membeli produk kita
  • Juga kita tahu apa pemicu seseorang membeli karena apa

Inilah yang akan membentuk mentalitas kita sebagai seorang copywriter.

Karena penting copywriter itu tahan banting, pantang menyerah, kalau belum tercapai, ya, hayuk aja lakoni.

Karena kalau kita belum terbentuk motif, mental, dan mindsetnya, kita akan cenderung jadi copywriter yang melempem, takut ditolak, takut nggak direpson, bahkan takut nggak ada yang beli.

Inilah kenapa jadi copywriter bukan sekadar merangkai kata doang, tapi lebih dari itu.

Tapi, ya itu tadi kembali ke niat, kamu ingin copywriter yang berpenghasilan tingginya karena apa?

Profit margin dari menjual produk?

Atau digaji tinggi karena berhasil menjual produk perusahaan?

Atau dapat fee dari penjualan perusahaan atau brand?

Tahapan pertama ini bisa kamu niatkan juga untuk meyakinkan perusahaan bahwa kamu adalah seorang copywriter.

Kalau ditanya sama HRD, “kenapa kamu ingin jadi copywriter di tempat ini? Kalau kamu bisa menghasilkan uang dengan copywriting?”

Jawabannya sederhana, kamu ingin menambah pengalaman, dan ingin memberikan kontribusi kepada perusahaan, mencetak prestasi.

Yang sebenarnya ini berefek ke reputasi kamu, atau yang biasa orang lain ketahui adalah portofolio—hasil kerja.

Karena Kadika sendiri ketika ngeblog, ada beberapa tulisan yang niatnya memang membuktikan kepada perusahaan, “gue ini bisa nulis, lho.”

Maka, ketika lomba blog itu, terkadang niatnya adalah agar perusahaan yakin.

Ketika ditanya “kamu bisa nulis?”

“Ya, ini pak buktinya, saya bisa nulis.”

Orang lain itu butuh bukti, bukan janji. Wkwk, duh kayak kampanye saja.

 

Tahapan Kedua: Copywriter di Perusahaan

Ketika kamu diterima perusahaan, kamu akan bekerja sepenuh gaji, eh, sepenuh hati agar bagaimana bisa meng-closing-kan audiensnya.

Kesulitan di sini adalah, kamu perlu memahami kembali product knowledge dari produk atau layanan yang dijual perusahaan, juga memahami siapa yang akan beli, yang artinya audiens.

Nggak hanya itu, kamu perlu memahami apa value, benefit, dan alasan kenapa mereka beli produk itu. Singkatnya memahami USP (unique selling proposition).

Kamu akan sering-sering menulis sales email, bikin headline dan caption yang persuasif, atau konten blog dan IG.

Karena kalau sales page itu bikinnya nggak sering, tapi tergantung perusahaan punya seberapa banyak produk sih. Wkwk.

Kalau banyak, biasanya akan fokus dibikin kayak toko online, yang mana nanti tugas kamu adalah menulis deskripsi produk.

Intinya nggak jauh dari: headline iklan, caption iklan, sales page, dan sales email.

Kalau masih penasaran apa yang dikerjakan?

Kamu bisa baca lagi postingan: kalau jadi copywriter kerjanya ngapain aja?

 

Tahapan Ketiga: Copywriter di Agensi

Naik satu level, kamu akan mengalami hal yang tak mudah, seriusan nggak mudah.

Wong, kadang kita aja suka kesulitan mencari angle iklan, lah, ini kita mesti gonta-ganti produk yang kita buat.

Ya, kalau jadi copywriter di agensi iklan yang fokusnya untuk digital marketing, kamu perlu memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan daya serap yang dalam juga.

Sebab, menulis copywriting tanpa memahami produk dan audiens, amsyong, deh. Sekadar asal jadi doang.

Kalau kamu memang suka tantangan ini, silakan saja. Tapi yang jelas otot menulismu perlu dilatih bukan sekadar dalam imajinasi saja.

“kok, gitu sih Kadika?”

Ya, sekarang kamu bayangin lagi nge-gym, apakah itu yang bikin serta-merta tubuhmu bisa terbentuk sesuai ekspektasi?

Tentu saja nggak, latihan mental itu lebih buat menguatkan aktivitas fisik kita, bukan menggantikan latihan fisik kita.

Jadi penting seorang copywriter melatih otot menulisnya.

Karena bisa kamu bayangkan bertanding tanpa berlatih? Hehehe…

Okey, sampailah kita ke tahap keempat, yakni…

 

Tahapan Keempat: Freelance Copywriter

“Kenapa kadika menempatkan freelance copywriter di tahapan terakhir alias keempat? Kenapa nggak di awal?”

Kalau mau memulai freelance, mulainya freelance content writer.

“Kenapa begitu, Kadika?”

Teruslah membaca, nanti kamu akan mengetahui jawabannya, dan mungkin akan setuju dengan statement itu.

Kalau kamu menjadi freelance copywriter yang bekerja sendirian, kamu akan hectic, sudah fokus menjual, fokus mengerjakan copywriting untuk orang lain.

Manajemen energimu lebih tinggi dibanding di tahapan sebelumnya.

Belum lagi kalau ada orang yang ingin dibuatin copywritingnya—headline, caption, sales page, dan sales email, yang di luar topik kemampuan kamu.

Karena kalau mengerjakan di topik yang kamu sukai dan kuasai, boleh jadi nggak banyak peminatnya, justru mereka yang di luar topik itu membutuhkan copywriter biar dihandle sama profesional.

Nah, ini wajar-wajar saja kamu minta bayaran tinggi, tapi untuk bisa mendapatkan feel layak dibayar tinggi kamu perlu melewati ketiga fase tersebut.

Tiga fase tersebut melatih otot menulismu jadi lebih tangguh, ibarat level pertandingan, deh.

Sebelum ke PON—pekan olahraga nasional—kamu akan diseleksi dulu ‘kan? Mulai dari kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, baru nasional.

Karena sejujurnya jadi copywriter yang independen kayak kamu ini nggak mudah banget. Karena kompleks, perlu banyak memahami audiens hingga product knowledge.

Jangan sampe orang lain pakai jasa kamu malah kecewa, atau lebih tepatnya pakai atau nggak pakai hasilnya sama saja. Hehehe.

“terus, bagaimana buat yang nggak berkesempatan melewati 3 fase itu?”

Sebenarnya nggak apa-apa ngacak, yang penting kamu kuat, dan paham konsekuensi di balik profesi yang kamu jalani.

Kamu bisa melewati jalan pintasnya dengan banyak latihan di 4 media copywriting.

 

Kenapa Penting Berlatih?

Latihan itu ibarat atlet yang menjaganya latihan untuk bertanding, kalau bertanding tanpa latihan, yang ada babak belur, langsung KO.

Bertanding tanpa latihan sama saja merencanakan untuk gagal, ya, karena di dalam latihan itu ada kegagalan, maksudnya ada tidak tercapainya tujuan kita, maka dari situlah kita dapat feedback untuk terus improve.

 

4 Jenis Latihan yang Bisa Dimaksimalkan

Mau mahir copywriting? Mudah saja, lakukanlah yang altet lakukan.

“apa itu Kadika?”

Ya, kalau mau hasilnya lebih maksimal, perlama waktu latihan dan perbanyak yang dilatih.

Kadika nggak akan tulis lagi di sini, karena sudah ditulis dalam modul 2 Understanding Copywriting: Bagaimana Melejitkan Skill Copywriting dengan Latihan yang Disengaja?

(masih proses editing, tunggu aja tanggal rilisnya)

Modul ini bisa dibeli secara terpisah, tapi untuk member understanding copywriting dari batch 1 s.d. 6 akan diberikan gratis. 😀

Karena ini adalah bentuk empati Kadika agar yang sudah ikut bisa lebih ditingkatkan lagi skillnya, terus bisa berdampak ke penghasilannya, aamiin.

Sampailah kita ke…

 

Freelance Content Writing vs Freelance Copywriting?

“Tadi Kadika bilang kalau mau jadi freelance, jadi freelance content writer saja, dibanding jadi freelance copywriter. Kenapa Kadika? Kenapaaaa?”

Simplenya content writing itu nggak berkaitan dengan penjualan, tanggung jawab nggak begitu besar, sebesar copywriting.

Jadi freelance content writer lebih mudah dibanding copywriting, karena jasa ini termasuk produk atau layanan sendiri yang kita jual dengan keahlian copywriting kita—tahap pertama.

Kalau kita jadi freelance copywriter tantangannya adalah,

…bagaimana orang lain mau memercayakan produknya kita jualin—dibuatin copywritingnya, kalau kita sendiri aja kurang mampu memersuasi mereka untuk pakai jasa copywriting kita.

Masuk akal?

Jadi freelance copywriter tanpa melewati 4 tahapan ini, akan ‘babak belur’ atau ngos-ngosan. Karena copywriting itu lebih kompleks dibandingkan content writing.

Kalau kamu mau menjual produk sendiri yang berbentuk jasa content writing tapi nggak ada skillnya, nah, kamu bisa ikut Certified Impactful Writer.

Karena bisa dibilang ikut Certified Impactful Writer ini mulai karier tidak dari nol. Karena kamu ‘membeli’ pengalaman, keilmuan, dan reputasi.

“kok gitu kadika?”

Ya, ibarat seseorang membuka bisnis frainchase, kemungkinan berhasilnya lebih besar, tapi yang konsekuensinya perlu mengeluarkan uang.

Kalau yang sudah Certified Impactful Writer, kalau belum ada jobs di perusahaan, ya, bisa mulai menjual jasa content writingnya.

Dari sini akan terlatih juga skill menjual di internetnya, selain nanti akan nambahin value diri, juga nambah penghasilan.

 

Setelah ini apa?

Kalau kamu memang ingin mulai karier sebagai copywriter, mulailah menjual produk yang kamu miliki—fisik, bisa—keahlian, dan ketahui—pengetahuan.

Sudah itu saja.

Kalau kamu butuh tahu sebab kenapa copywriter gagal, agar terhindar dari kegagalan, ya, boleh ikut Understanding Copywriting.

Biar motif, mental, dan mindsetnya tepat dan selaras dengan identitas copywriter.

“Terus kalau aku ingin cuan dari menulis, mesti bagaimana?”

Ya, itu tadi jangan jadi freelance copywriter, tapi freelance content writer. Jual jasa menulis kontenmu dengan copywriting.

Karena content writing itu fokus mengedukasi dan mengubah persepsi.

Kalau belum ada, ya, baiknya dilatih dan dipelajari dari sekarang, karena skill itu bukan sekali baca, langsung bisa, mesti latihan.

Nggak mesti ikut Certified Impactful Writer, kok, kalau kamu merasa percaya diri dengan hasil tulisanmu, ya, monggo.

Tapi kalau butuh feedback dari mentor, mengenai tulisanmu, mana yang sudah bagus, mana yang perlu improve. Ya, Certified Impactful Writer membantu itu.

Mirip-mirip tagline YOU-C 1000, “confident inside. Trusted outside.” Wkwkwk.

Begitu saja dulu.

Sampai jumpa di blog post berikutnya…

Jika ada inspirasi yang didapat, agar melekat, boleh diikat dengan menulis komentar di bawah ini.

Salam,

Kadika

 

NB: mentoring CIW batch 27 akan dimulai 31 Agustus – 1 September, 13:30 WIB.

Bukankah sekarang adalah momen yang tepat untuk bertumbuh? Check-out di sini, ya.

Sampai ketemu di mentoring.

About the author

Dwi Andika Pratama

Founder ImpactfulWriting® | Mentor CertifiedImpactfulWriter.com | Writing 33 Ebooks in 4 Years and Total Downloaded 35.000+

Add comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Recent Posts

Recent Comments

Archives

Categories