Bagaimana Skill Komunikasi Bisa Mengubah Nasib Kita?

B

Komunikasi adalah keterampilan yang dapat Anda pelajari. Ini seperti mengendarai sepeda atau mengetik. Jika Anda bersedia melakukannya, Anda dapat dengan cepat meningkatkan kualitas setiap bagian hidup Anda.” – Brian Tracy

Kita semua ingin sukses, atau lebih spesifik lagi ingin mengubah nasib jadi lebih baik lagi dari kondisi sebelumnya, iya?

Terlepas dari definisi sukses yang cukup pribadi, tapi yang aku amati, mereka yang ingin sukses, ya, menginginkan perubahan hidup menjadi lebih baik.

Bagaimana peran komunikasi membantu mengubah nasib kita?

Membuat kehidupan kita menjadi lebih baik?

Teruslah membaca…

 

Prinsip Dasar

“we cannot not communicate” ~ presuposisi NLP

Pada dasarnya kita nggak bisa nggak berkomunikasi, diam-nya kita tetap bisa memberikan pesan, memasarkan vibrasi kepada sekitar.

Jadi kalau ada yang ngomong, “ih, gue mah nggak bisa berkomunikasi, orangnya pemalu banget.”

Padahal barusan adalah bentuk komunikasi, maksud dari komunikasi itu adalah “aku tuh belum terbiasa memulai duluan.”

Menurutku itu belum tepat, karena setiap orang bisa berkomunikasi, mungkin statement yang tepat adalah, “aku punya kemampuan komunikasi, hanya aja aku perlu mengasahnya.”

Karena ibarat sikap, “ih gue mah nggak bisa ngomong”, lho barusan apa? Hahaha…

Lanjut, ya?

 

Sukses Berkomunikasi

Katanya kalau mau sukses perlu menguasai komunikasi?

Itu ada benarnya juga, seperti yang dikatakan oleh Helmy Yahya dalam salah satu videonya di Channel Helmy Yahya Bicara:

“Banyak sekali kadang-kadang ide hebat tidak bisa tersampaikan dengan baik. Kenapa? Karena tidak bisa ditulis dengan baik dan tidak bisa dikomunikasikan baik dengan baik, betapa pentingnya komunikasi.”

Lebih sederhananya, sukses berkomunikasi itu, ketika kita tau maunya apa, dan orang lain mau mengikuti ke-mau-an kita.

Apakah mudah prakteknya?

Tentu saja tidak, itulah kenapa ada chapter “strategi komunikasi”. Hehehe.

Sebelum ke strategi komunikasi, ada bagian komunikasi yang perlu diketahui.

Apa itu?

 

Komunikasi dengan Diri Sendiri

Sepengetahuanku, menurut penelitian sekitar 80 %, kita lebih sering berkomunikasi dengan diri sendiri, apakah kamu menyadari ini?

“emang ciri-cirinya apa Kadika?”

Ya, ciri-ciranya kita suka ngomong sendiri, ketawa sendiri.

Wkwk, eh, nggak, maksudnya di dalam pikiran kita suka ada dialog-dialog. Entah itu membuat kita merasa nyaman, atau tidak nyaman.

Inilah yang disebut komunikasi interpersonal, alias komunikasi dengan diri sendiri.

Kalau bahasa familiernya adalah self-talk. Udah nggak asing, kan?

Ketika kita sulit mengendalikan self-talk yang bikin nggak nyaman, ya, ajak ngobrol aja.

Karena di dalam diri kita ada beberapa bagian (bisa disebut parts), kalau yang belajar NLP (neuro-linguistic programming) mungkin udah familier.

Karena di dalam diri kita itu, ada diri yang menahan kita dari rasa sakit, makanya, kalau kita belum selesai dengan diri sendiri,

…ketika melakukan sesuatu yang dulunya punya trauma yang menyakitkan. Diri kita akan otomatis, “kamu jangan lakukan itu”, tujuannya biar kita nggak merasa sakit seperti dulu.

Tujuannya baik, kan?

Tapi terkadang hadir di saat yang tidak tepat, itulah kenapa kita perlu berdamai dengan masa lalu dengan menerima dan merangkul keberadaan diri yang terkadang bikin kita nggak nyaman.

Apakah mudah?

Tentu tidak, kalau mudah mungkin udah nggak perlu tenaga ahli di bidang ini.

Wah, kok jadi panjang, wkwkwk.

Intinya ketika kita jelas maunya apa, kita akan mudah menyampaikan apa yang kita butuhkan dan inginkan.

Terkadang yang rumit itu, ketika kita nggak tau maunya apa, diri sendiri aja pusing, apa lagi orang lain? Masuk akal?

Seperti tadi siang, ketika aku beli nasi padang, ada seorang perempuan yang kebingungan ingin pake lauk apa. Sampe si Uda-nya juga bingung, hahaha.

Okee, lanjut, ke…

 

Komunikasi dengan Orang lain

Nah, ini yang terkadang menjadi ketidakmampuan seseorang menyampaikan keinginan atau gagasan kepada orang lain atau khalayak.

Merasa nggak enak-an, takut ditolak, takut direndahkan, atau takut diabaikan, seperti nggak ada yang merespon.

Ketika kita takut atau nggak enak-an menyampaikan maksud tertentu kepada seseorang, lihat bagaimana kita memposisikan diri sendiri?

Lebih rendah? Atau setara?

Sepengamatanku, ketika seseorang merasa nggak enak-an, ia sedang memposisikan dirinya lebih rendah dari orang lain.

Padahal perasaan itu subjektif. Hanya kita yang merasakan. 🙂

Penting untuk clear communication dengan diri sendiri dulu, sebelum kita ingin menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain.

Kenapa? Agar tersampaikan dengan baik.

 

Komunikasi Tulisan dan Lisan

Kata dosenku, dalam komunikasi nggak bisa terlepas yang namanya “transaksi”, jangan dikira transaksi cuman duit doang, tapi ada kepentingan, ide, gagasan, hingga pemikiran.

Tau kan tujuannya apa?

Ya, mengikuti kemauan dari yang menyampaikan kepentingan itu.

Tak jarang seseorang merasa gugup untuk menyampaikan keinginannya melalui lisan,

…memilih menyampaikannya melalui tulisan, karena seperti kata Jules Bernard, “menulis adalah cara berbicara tanpa disela.”

Menariknya lagi karena kita makin ke sini, makin digital, yang kita lakukan menjadi lebih sering berkomunikasi melalui tulisan.

Salah penempatan tanda baca, bisa salah mengartikannya juga. Dan lewat tulisan juga cara memengaruhi orang lain tanpa merasa dipengaruhi.

Inilah kenapa ada ilmu content writing dan copywriting, dua topik yang saat ini masih dan terus trending.

Kenapa?

Karena dua hal ini akan menjadi pintu gerbang di dunia digital, lebih spesifiknya dunia digital marketing.

Bayangin aja:

Blog itu butuh content writing, bagaimana bisa dioptimasi kalau nggak ada konten?

FB & IG Ads juga butuh copywriting, bagaimana bisa menarik perhatian kalau nggak ada kata-kata yang menjelaskan itu?

Email marketing juga butuh content writing dan copywriting,

…kalau sekadar mengubah persepsi itu perannya content writing, kalau meyakinkan calon pembeli, itu baru perannya copywriting.

Bahkan untuk mendapatkan leads (list email yang prospektif) memerlukan ebook yang berkualitas.

Dan menariknya konten itu bisa ditulis dari kumpulan content writing yang ditulis dengan berkualitas.

Kalau kata salah satu trainer komunikasi, “world without word is blind”, dunia tanpa kata itu buta, gelap, sengsara.

Maka tak heran mereka yang menguasai komunikasi, hidupnya mengalami perubahan secara signifikan.

Karena apa? Tau apa yang dimau, dan bisa memengaruhi mereka untuk mengikuti kemauan seseorang itu.

Mulai dari mana?

Kuasai komunikasi mulai dari tulisan, karena dengan menulis, seseorang menjadi terlatih berpikir jernih,

…sedangkan untuk bisa berbicara berawal dari kejernihan berpikir dan terbiasa berpikir terstruktur.

Seperti kata David Kadavy, “clear writing is only possible with clear thinking, and clear thinking is only possible with clear writing.”

“terus, sekarang aku bisa mulai dari mana, Kak?”

Ya, sekarang bisa memulainya dengan menjadi Certified Impactful Writer, yang menguasai content writing dan copywriting.

Kalau bisa sekarang kenapa mesti menunda untuk menguasai keduanya?

Gabung di sini!

 

NB: mentoring akan dimulai 27 – 28 Mei, 2023. Dan sekitar 130 peserta dari CIW 22 yang udah masuk WhatsAppa grup. Jangan sampai melewatkan kesempatan terbaik ini, ya?

About the author

Dwi Andika Pratama

Founder ImpactfulWriting® | Mentor CertifiedImpactfulWriter.com | Writing 33 Ebooks in 4 Years and Total Downloaded 35.000+

Add comment

Recent Posts

Recent Comments

Archives

Categories