5 Kerugian Tidak Tes Bakat, Akankah Kamu Tetap Seperti Ini?

5

“Mengenal diri sendiri adalah awal dari segala kebijaksanaan.”Aristoteles

Sebelum mengenal orang lain, penting banget kita mengenal diri sendiri, bukan apa-apa, tujuan paling utamanya adalah pengendalian diri.

Karena bagaimana kita bisa mengendalkan diri sendiri, kalau kita nggak mengenali dan memahami siapa diri kita sebenarnya.

Bakat yang telah Tuhan berikan adalah anugerah yang istimewa, bakat yang diberikan nggak semata-mata hadir tanpa tujuan sia-sia.

Selain untuk bertahan hidup, juga saling memberi manfaat kepada sesama.

Sudahkah kamu mengenali bakat alamiahmu?

“maksudnya gimana Kadika?”

Ya, kita lahir dengan bakat yang udah tertanam dalam diri, artinya ada settingan default dalam diri kita.

Ada yang bikin kita semangat banget ngelakuin sesuatu, bahkan berasa nggak seperti kerja, kayak main aja.

Ada juga aktivitas yang kita lakukan sebentar aja rasanya capek banget.

Bakat itu akan jauh lebih bermanfaat kalau kita mengasahnya, tapi bagaimana kita mau mengasahnya, kalau kita nggak tau apa yang perlu diasah.

Masuk akal?

Nah ini adalah 5 kerugian kalau kamu nggak tes bakat.

 

Pertama, Tidak Mengenal Potensi Diri Lebih Jauh

Kamu jadi mudah terombang-ambing dengan situasi, kamu lebih mudah ikut apa kata teman atau orang terdekat. Padahal mereka nggak tanggungjawab atas hidupmu.

Sayangnya karena kamu nggak tau potensi terbaikmu, kamu ngikut apa kata mereka aja, yang mana hasilnya belum tentu sesuai harapan.

Ini berlaku untuk konteks pekerjaan, ya.

Karena sering kali bekerja tidak sesuai potensi, akan sangat cepat melelahkan, dan itu sangat rugi.

Gaji nggak seberapa, lelahnya luar biasa, lebih enak gajinya lumayan, kerjanya enjoy.

“yah, semua juga pengen begitu, Kadika.”

Wkwkwk, loh, tapi nggak semua punya kesadaran untuk pengen menyelami potensi yang diberikan.

So, jangan sampe merasa udah kerja atau udah kuliah, tapi merasa hilang arah.

Karena investasi ke tes bakat, itu cuman sekali seumur hidup, terjangkau kok, nggak sampe 1 jutaan.

Komen, ya, kalau kamu penasaran pengen tau jenis tes bakat ada apa saja.

Lanjut, ya?

Baca juga: Pengen Jadi Content Writer? Wajib Tau 2 Hal Ini!

 

Kedua, Sulit Mengendalikan Diri

“Inti dari kehidupan adalah tentang pengendalian diri.” ~ Robin Sharma

Ini bener banget, karena disambung oleh Stephen R. Covey, “masalahmu bukanlah masalah, tapi reaksimu terhadap masalah yang jadi masalah.”

Berapa banyak di antara kita, mungkin diri kita salah satunya, masalah makin runyam dan ruwet, saat kita nggak mampu mengendalikan diri, makin reaktif dengan keadaan eksternal.

Kalau kita sadar kelemahan, hingga sadar kekuatan, kita akan jauh lebih mudah mengendalikan diri.

“oh, gue gini orangnya, yah.”

“hmm, jadi kekurangan gue ini.”

Ketika orang lain nggak terima kekurangan kamu, yaudah, nggak masalah, toh emang itu kekurangan kita.

Tapi bukan berarti bersikap reaktif, cukup sadari aja. Karena orang bijak, terletak bagaimana ia merespon keadaan.

Terus selanjutnya, kamu bakalan…

 

Ketiga, Tidak Produktif

Yups, karena kamu nggak tau potensimu apa dan dimana kekuatannya,

…jadi kamu asal kerja aja, yang ada kamu nggak memaksimalkan energi yang kamu miliki hanya fokus untuk memaksimalkan kekuatan.

Ini masih relate dengan poin kedua, ketika kamu tau kekuatan kamu, kamu jadi tau bagaimana caramu bekerja.

Jadi nggak merasa bersalah ketika orang lain menganggapnya lama, sedangkan kamu orientasinya adalah menjaga kualitas yang baik, yang membutuhkan sedikit lebih lama.

Dan, kamu jadi nggak bahagia kalau nggak tau bakat atau potensi alami yang dimiliki, ya, tau-tau merasa capek dan habis energi tanpa jelas.

Baca juga: Bagaimana Komunikasi Bisa Mengubah Nasib Kita?

 

Keempat, Terlalu Mikirin Apa Kata Orang Lain

Karena nggak sadar dengan potensi kekuatan dan kelemahan, endingnya malah terlalu mikirin kata orang.

Padahal kalau udah sadar dengan kekuatan dan kelemahan, kita bisa bodoamat, dan bodoamatnya secara elegan, bukan yang nahan emosi, wkwkwk.

 

Kelima, Tidak Lebih Berani Untuk Sukses

Karena nggak tau potensi atau bakat alimiah, jadi nggak berani untuk lebih banyak action, atau ambil risiko. Karena nggak tau.

Kalau orang yang tau bakatnya apa, ia bisa mengukur dan berani mengambil tindakan untuk sukses, untuk perubahan yang lebih baik.

Kalau yang nggak tau bakat, malah takut, bahkan mempertahankan zona nyamannya banget. Hehehe.

 

Intinya Adalah

Ketika kamu mengenali bakat alami, itu sama saja memaksimalkan mesin yang Tuhan berikan.

“kok mesin, sih, kadika?”

Ya, sekarang bayangin, mesin rumput dipake buat kupas apel, ya, mana nyambung, yang ada repot banget.

Padahal kan sama-sama pisau untuk memotong, ‘kan?

Tapi karena kegunaannya beda, ya, perlu diperlakukan dengan beda juga.

Begitu juga potensi, setiap orang memiliki potensi sama, tapi untuk peran yang berbeda-beda.

Bukankah indah sekali bisa saling melengkapi antar profesi?

“terus, gimana Kadika, apakah aku berpotensi menjadi penulis?”

Tentu saja, coba lihat daftar ini:

  1. Suka memposisikan diri sebagai orang lain
  2. Suka membaca buku dan apa pun (situasi, dsb)
  3. Suka pengen beda dari yang lain
  4. Suka tempat sepi/hening
  5. Suka berpikir mendalam
  6. Suka penasaran banget
  7. Suka dengan kata-kata
  8. Suka ngomong sendiri

Kalau di antara 8 ini hampir semuanya, ada, selamat kamu punya bakat menulis!

“tapi, Kadika, aku bingung banget mesti mulai dari mana?”

Tenang, kamu bisa baca ikut program Quickstart Content Writer yang fokusnya mulai karier content writer mulai dari nol.

Kalau kamu cepet bisa dan merasakan manfaat dari skill menulismu, kamu bisa ikut Certified Impactful Writer.

Meski—Certifiedi Impactful Writer—bukan untuk pemula banget, minimal udah tau content writing dan copywriting itu kayak gimana.

Karena di sini skill kamu langsung diasah dan dilejitkan, sebab ada uji kompetensi yang bikin kamu tau sejauh mana skill menulismu.

Karena lewat hasil tulisan kamu—uji kompetensi, kamu bisa dapat tertulis dari mentor, yang bikin kamu tau mana tulisan yang udah bagus, mana tulisan yang perlu improve.

Karena penilaiannya sangat detail, di-breakdown, mulai dari judul hingga gaya bahasa, ya, sesuai standar Impactful Writing, peniliannya dari 3 formula.

“wah, kok aku nggak tau apa 3 formula itu?”

Nah, baiknya kamu baca Panduan Penulis, sekarang, biar tau apa 3 formula impactful writing.

Selamat membaca.

Biar pengetahuan yang kamu dapat, makin terikat, bisa berpendapat di bawah komentar ini.

Sampai jumpa di tulisan berikutnya.

Kadika

NB: segera unduh Panduan Penulis, sebelum peredarannya hilang, ya.

About the author

Dwi Andika Pratama

Founder ImpactfulWriting® | Mentor CertifiedImpactfulWriter.com | Writing 33 Ebooks in 4 Years and Total Downloaded 35.000+

Add comment

Recent Posts

Recent Comments

Archives

Categories